Siang ini, saat sang mentari sedang bersemangat memancarkan sinyarnya. Saat tanaman, pohon, dan bunga-bunga tengah sibuk berfotosintesis. Saat ibu rumah tangga tengah sibuk menjejerkan jemurannya. Saat para pekerja tersenyum berhamburan dari meja kerjanya untuk melepas lelah, mengunyah berbagai panganan penambah energi. Dan saat semuanya tengah sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Namun aku masih saja disini, berdiam diri mengamati, menikmati indahnya kehidupan sambil tiada henti berucap syukur atas segala karunia yang Allah SWT berikan.
Lihatlah.. Lihatlah sekeliling kita.. Lihatlah diluar sana.. Lihatlah lebih dekat.. Ada berbagai macam ilmu yang dapat kita ambil dalam kehidupan. Bahkan ilmu itu terlalu banyak, terlalu luas, sehingga takkan habis rasanya jika terus dipelajari. Tapi, kenapa kita masih saja pelit dengan ilmu yang kita miliki? Seakan tahu banyak hal, namun selalu saja egois tak pernah berbagi?
Manusia dan segala keegoisannya.. Manusia memang bukanlah malaikat. Manusia memiliki hawa nafsu, hingga tak sadar jika seringkali hawa nafsu mengontrol diri dan berbuat hal yang sebenarnya salah. Seperti contohnya aku, bukan mauku, bukan maksudku, namun nafsuku yang bicara. Ini memang kesalahan, dan aku mengakuinya. Namun pembelajaran akan membawamu dimana kamu akan tumbuh semakin dewasa.
Ah, entahlah. Manusia memang tempatnya khilaf dan dosa. Namun, ini bukanlah sebuah pemakluman ataupun pembiaran. Inilah fungsinya dirimu. Ini hidupmu, ini dirimu, kau yang harus mengontrol nafsumu. Tubuhmu harus mengikutimu, bukan mengikuti nafsumu.
Karena Hawa Nafsu seringkali membawamu ke jalan yang salah. Maka sebelum itu terjadi, kau harus menjadi dirimu sendiri, bukan menjadi apa yang nafsumu kehendaki. Penyesalan itu selalu datang diakhir, saat sang waktu menjauh pergi dan tak bisa menunggu.
Belajarlah dari matahari. Sinarnya menerangi hari. Tanpa peduli siapa, darimana, bagaimanapun kita, namun ia tetap bersinar untuk seluruh penghuni dunia. Meski sumpah serapah cacian mengenai sinar sang surya kadang terdengar dari para hater. Mentari tak pernah ngambek dan berhenti bersinar. Karena ia menyadari seberapa besar ia dibutuhkan alam. Jika sang mentari tidak berbagi sinarnya, dunia akan kelam, gelap gulita, tanaman tak bisa berfotosintesis lalu akhirnya mati, hewan kehilangan makanan lalu akhirnya mati, begitu juga akan nasib manusia yang kehilangan makanan hingga akhirnya mati.
Manusia dan keegoisan.. Hal yang biasa terlihat, namun jangan diabaikan. Pengabaian akan berarti pembenaran untuk terus terjadi. Perubahan adalah jalan keluar untuk menjadikan diri lebih baik. Meski sulit, tak mudah, dan perlu proses, namun tak ada salahnya untuk kita berubah. Mulai melangkah dengan satu langkah pertama. Meskipun itu adalah hal kecil sekalipun. Setidaknya kita telah berusaha memperbaiki diri.
Maaf.. Ini merupakan catatan bebas, tanpa arah, tanpa tujuan, tanpa maksud mencela siapapun. Hanya sebagai bahan renungan untuk diriku sendiri. Karena sebenarnya kita bisa mengetahui siapa diri kita, apa yang diri kita inginkan, dan bagaimana pandangan kita melalui tulisan yang kita tulis sendiri.
Dan aku kini sedang bercermin pada tulisan yang aku tulis. Karena diriku hanyalah manusia biasa dengan segala kekurangan yang ada. Sekian. Terima kasih telah membaca goresan dari pena tak bertinta.
entahlah mengapa, bahwa manusia dengan keegoisannya maka disebut manusia
ReplyDeleteuntunglah matahari tak egois maka disebut dengan matahari.
hahaha...
ReplyDeleteiya, itulah manusia.. kesombongannya menyebabkan individualis, egois.. XD
manusia tanpa egoisme itu ..... seperti robot :|
ReplyDelete