Sudahkah Kau Bersahabat Dengan Waktu?

Kini, hari demi hari semakin teras cepat

Bahkan kecepatannya bisa mengalahkan kecepatanmu. Coba bayangkan, apa saja yang sudah kau lakukan dihari ini? Prestasi apa yang telah kau torehkan pagi ini? Bukan, ini bukan hanya soal kau, aku ataupun dia, bahkan mereka. Ini soal kita, bagaimana kita mempergunakan waktu. Waktu yang kian lama kian mengantarkan kita pada ujung usia.

Tidak. Aku bahkan sedang tidak mengajarkan apapun padamu. Bukan pula untuk memberimu nasihat. Atau membuatmu berfikir bahwa aku telah melakukan semuanya secara baik. Aku bukanlah siapa-siapa. Bahkan aku harus terus menulis untuk mencari tahu bahwa siapakah aku sebenarnya.

Kau tahu, bahwa terkadang tulisan bahkan lebih jujur. Ia bisa menggambarkan dirimu yang sebenarnya, bahkan saat kau mempertanyakannya. Itulah kau. Sikapmu dalam pena. Dimana setiap tinta yang kau torehkan merupakan cerminan dirimu.

Saat sang waktu mengajakmu berlomba. Apakah kitabisa mengalahkannya? Bahkan untuk lari mengejarnya pun kita terasa malas. Berleha-leha dalam usia, tanpa terasa waktulah yang mengalahkan kita. Terlalu sibuk untuk rehat hingga tak ada waktu untuk bekerja. Apakah kita seperti itu?

Waktu Bagaikan Madu dan Racun, padahal ia hanya waktu.

Segala sesuatu ibarat dua buah sisi mata uang. Waktu bisa menjadi sahabat atau bahkan musuh. Semuanya tergantung padamu, apa yang kau pikirkan dan apa yang kau kerjakan. Ketika yang kau kerjakan adalah usahamu yang sungguh-sungguh untuk mencapai tujuanmu. Maka cepat atau lambat, sang waktulah akan menghadiahkanmu kesuksesan. Kau hanya perlu sabar dan terus bekerja keras. Namun, sebaliknya. Jika kau terus saja berleha-leha, menyia-nyiakan waktu yang terima. Maka bersiaplah, sang waktu akan menghadirkan saat dimana orang lain menikmati hasil perjuangannya, namun kau malah diharuskan berlelah-lelah ria. Karena itulah imbalanmu, agar kau sadar akan banyaknya waktu yang telah kau buang.